“Maret, Bulan Sejarah Kelam Imperium Dunia Islam”
Oleh : Azmi Al Amien*
Ada Apa di Bulan Maret?
Pertanyaan yg cukup menarik bagi kita yg paham akan Sejarah, bahwa setiap waktu memiliki nilai sejarah dan Sejarah di bulan Maret tahun 1924 adalah tragedi runtuhnya peradaban dunia yg telah berdiri 7 abad lamanya. Masa kelam runtuhnya Khilafah Utsmaniyah imperium Islam yg telah menguasai 2/3 wilayah dunia.
Sejarah adalah cermin masa lalu. Sejarah juga sebagai pelajaran bagi orang-orang yang datang kemudian. Sejarah sangat penting untuk dipelajari, mengingat segala peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, terkadang adalah pengulangan apa yang terjadi pada masa lalu. Inilah pentinganya umat Islam memahami sejarah, agar bisa mengambil teladan dari para pejuang masa lalu dan mengambil pelajaran dari kekalahan.
Sejarah Islam sekarang telah berjalan lebih dari 14 abad lamanya. Sebagaimana halnya sejarah setiap umat, sejarah Islam pun mengalami pasang surut. Pada periode tertentu Islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan, pada periode selanjutnya Islam mengalami kemajuan dan kejayaan dan pada periode lain Islam mengalami kemunduran bahkan kehancuran.
Satu di antara beberapa sejarah peradaban Islam yang cukup menarik untuk bahan kajian ilmiah, yaitu masa tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Syafawi di Persia, Kerajaan Mughal di India, dan Kerajaan Utsmani di Turki.
Bicara 3 maret, maka sejarah menjadi bukti tentang masa kelam keruntuhan kekuasan islam dunia.
Kerajaan Utsmani di Turki selama kurang lebih 700 tahun, Kesultanan Turki atau yg dikenal dengan imperium Islam mempertahankan eksistensinya, tepat 94 tahun yg lalu di 3 Maret 1924, yang menjadi tahun keterpurukan umat Islam.
Sejak mundur dan berakhirnya era Abbasiyah, keadaan politik umat Islam mengalami kemajuan kembali oleh tiga kerajaan besar: Turki Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Dari ketiganya, Turki Usmani adalah yang terbesar dan terlama, dikenal juga dengan imperium Islam.
Dengan wilayahnya yang luas membentang dari Afrika Utara, Jazirah Arab, Balkan hingga Asia Tengah, Turki Ustmani menyimpan keberagaman bangsa, budaya dan agama, Turki Utsmani mampu berkuasa selama kurang lebih 7 abad berturut-turut.
Jadi kalau di runtut, imperium islam setalah Nabi Muhammad Meninggal yaitu dawah islam dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, Daulah Umayyah, Abbasiyah, Fatimiyah kemudian Utsmaniyah atau lebih dikenal kesultanan Turki.
Dalam kurun waktu 7 abad berkuasa, Kerajaan Turki Utsmani telah diakui oleh sejarah sebagai kerajaan Islam terbesar dan terlama dibanding dengan kerajaan Islam lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal penting sehingga kerajaan ini mampu bertahan sedemikian lamanya.
Sebelum bicara tentang kiprah dan eksistensi Kesultanan Turki, kita bicara sejarah berdirinya.
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Utsmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Utsmani.
Di dalam Buku Api Sejarah karya Prof. A. Mansur Suryanegara dikatakan bahwa kesultanan Turki dibangun oleh bangsa dari Turkistan.
Sejak zaman dahulu di sebelah Barat Gurun pasir Gobi ada suku yang bernama Turki. Mereka hidup secara nomaden.
Pada saat perkembangan periode Islam mereka dikalahkan oleh bangsa Tartar, maka mereka pindah ke Barat sampai di tepi Laut Tengah (kini dikenal dengan sebutan Anatolia), yang sebelah selatannya terdapat bangsa Arab. Mereka bersentuhan dengan orang Arab yang telah beragama Islam. Dengan komunikasi tersebut mereka mulai banyak yang memeluk Agama Islam.
Bangsa Turki tersebut rajin dan ahli perang, pintar Berdiplomasi, dan akhirnya dengan waktu yang relatif singkat menjadi sebuah kekuatan politik yang besar.
Bangsa Turki terbagi dalam berbagai suku, diantaranya yang terkenal adalah suku Ughuj. Suku ini terbagi menjadi 24 sub-suku dalam salah satu tersebut lahirlah Sultan pertama dari dinasti Turki Usmani yang bernama Usman. Pada saat bangsa Mongol (sebelum Islam) dan orang Kristen, ingin menghapuskan Islam dari peta bumi, orang Turki Utsmani muncul sebagai pelindung Islam, bahkan mereka membawa panji Islam sampai ke tengah-tengah daratan Eropa.
Pada abad ke-13 M, saat Chengis Khan mengusir orang orang Turki dari Khurasan dan sekitarnya. Kakeknya Usman, yang bernama Sulaeman bersama pengikutnya bermukim di Asia Kecil.
Sulaeman menyeberangi Sungai Efrat (dekat Allepo). Namun, Ia tenggelam, empat putra Sulaeman yang bernama Shunkur, Gundogdur, al-Thugril. Dua putranya yang pertama kembali ke tanah air mereka. Sementara dua yang terakhir bermukim di daerah Asia Kecil. Keduanya akhirnya berhasil mendekati Sultan Seljuk yang bernama Sultan Alauddin diKunia. Saat Mongol menyerang Sultan Alauddin di Anggara (kini Angkara), maka ak-Thugril menolongnya dan mengusir Mongol. Sebagai balas jasa, Alauddin memberikan daerah Iski Shahr dan sekitarnya kepada al-Thugril. al-Thugril, mendirikan ibukota yang bernama Sugut. Disanalah lahirnya putra yang pertama yaitu Usman pada 1258 M. pada 1288 al-Thugril meninggal dunia. Selanjutnya Usman, mendeklarasikan dirinya sebagai Sultan, maka sejak itulah berdiri Dinasti Turki Utsmani.
Nama Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman inilah yang kemudian lahir istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Negeri Cina, kemudian pindah ke Turkistan.
Dengan demikian, secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “Padinsyah Ali Usman”.
Sampai disini sejarah mencatat, bahwa islam tidak hanya berhasil mengubah bangsa arab yg berbudaya jahiliyah berubah menajdi bangsa beperdaban tinggi. namun juga bangsa mongol yg dikenal sbg penghancur peradabn setlh mengenal islam dari dekat, berbalik berpestasi aktif. Hingga berperan dalam mendakwahkannya.
Kerajaan Turki Utsmani merupakan kerajaan yang dipimpin oleh 37 sultan. Pada abad pertengahan memang masa yang paling bersejarah bagi bangsa arab, bahkan kemunduran bagi bangsa barat, dalam segi pandang kerajaan, kekuasaan wilayah adalah yang terpenting.
Masa-masa kejayaan Khilafah Islamiyah Turki Utsmani adalah saat di pimpin oleh sultan Muda, yg kita kenal dengan Muhammad Al Fatih. Seorang pemuda yg berhasil menaklukan Byzantium Romawi Timur yg merupakan kerajaan dengan benteng terkokoh di dunia saat itu. Hanya sebaik-baik pimpinan dan pasukan yg dapat menaklukanya.
Pada masa Sultan al-Fatih, ilmu pengetahuan mendapat cukup perhatian, sehingga pada masa itu tampak kemajuannya, terbukti dengan tersebarnya sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi di semua kota besar ataupun kecil, demikian pula dengan desa-desa terpencil. Disamping itu semua sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi telah terorganisir, berjenjang dan memiliki kurikulum serta bersistem jurusan.
Disamping pembangunan sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi kepedulian akan ilmu pengetahuan juga terlihat dari perpustakaan-perpustakaan yang dibangun di sekitar sekolah dimana pengelolaan perpustakaan tersebut sangat tertib, terbukti dengan keteraturan catatan peminjam.
Turki Utsmani menyimpan keberagaman bangsa, budaya dan agama, Turki Utsmani mampu berkuasa selama kurang lebih 7 abad berturut-turut. Tentunya hal ini membawa kesan tersendiri bahwa Kerajaan Turki Usmani mampu membawa masyarakat Islam dalam kejayaan selama 7 abad.
Turki Utsmani adalah imperium yang terbesar dan terlama, dikenal juga dengan imperium Islam. Dengan wilayahnya yang luas membentang dari Afrika Utara, Jazirah Arab, Balkan hingga Asia Tengah, Turki Utsmani menyimpan keberagaman bangsa, budaya dan agama, Turki Utsmani mampu berkuasa selama kurang lebih 7 abad berturut-turut. Tentunya hal ini membawa kesan tersendiri bahwa kerajaan Turki Utsmani mampu membawa masyarakat Islam dalam kejayaan selama 7 abad.
Kesultanan yg begitu hebatnya Namun kenapa bisa sampai runtuh dan kini bekas imperium kejayaan muslim itu justru menjadi negara sekuler?
Salah satu faktornya adalah adanya stagnanisasi bangsa utsmani mereka lebih memajukan kemiliteran mereka dari pada pendidikannya, bagi mereka kemiliterannya adalah satu hal yang terpenting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, dengan orientasi penalukan konstantinopel, membuat mereka menjadi bersemangat untuk menjadikan Kerajaan Turki Utsmani menjadi symbol kejayaan islam.
Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka, kemunduran kerajaan Turki Utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh Turki Utsmani ini mulai tergerak ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme individual sehingga sebagian mereka ingin melepaskan diri. Tampaknya pengaruh barat mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan kerajaan Turki ini, dan terlahir paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga paham Turki sendiri tidak dapat menghalangi mereka.
Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan yang ditangani oleh orang-orang berikutnya yang tidak cakap, hilangnya keadilan, merajalelanya korupsi dan meningkatnya kriminalitas, merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keruntuhan Kerajaan Turki Utsmani.
Timbulnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kekuasaan Turki atas mereka bermula dari penaklukan dan penyerbuan. Meskipun Turki telah berbuat sebaik mungkin kepada pihak yang dikuasai,
Mereka beranggapan bahwa Turki adalah orang asing yang menaklukkan mereka. Maka ketika mereka mendapatkan kesempatan di saat melemahnya Turki, mereka bangkit untuk melepaskan diri dari Cengkraman kerajaan tersebut dari kesultanan berubah menjadi khalifah yg kemudian tidak punya kekuasaan karena runtuh dari kekuasaan internal maupun eksternal, Majelis Nasional Agung yang berada di Turki menyetujui tiga buah Undang-Undang yaitu: (1) menghapuskan kekhalifahan, (2) menurunkan khalifah dan (3) mengasingkannya bersama-sama dengan keluarganya.
keluarga bersama keturunan kesultanan islam mendapat tekanan dari penguasa Mustafa Kemal Ataturk dan akhirnya seluruh elemen kekaisaran dan keturunan pergi ke Eropa.
Khilafah Turki Ustmaniyah runtuh, Umat Islam dunia kehilangan arah dan akhirnya terpuruk.
Iman, ilmu dan amal. Trilogi yg harus dipegang oleh umat muslim setiap waktu. Ketika ketiganya terpisah bahkan hilang salah satunya maka akan rapuh.
Muhamamd Al fatih di usia 22 tahun sudah mampu menaklukan peradaban besar, dan kita?
Caranya ?
Mari pelajari sejarah, analisa dan mari belajar dari sejarah. Jangan sampai kita terjebak di lobang yg sama. Membangun peradaban bisa dimulai dari yg kecil, dan dari diri kita sendiri karena Sesungguhnya hendaklah diantara sebagian kamu ada yg mengajak ke ma’ruf dan mencegah dari yg mungkar (Al Imran:104)
Semoga kita menjadi bagian dari sebagian kecil seperti yg tercantum di Q.S Ali-Imran : 104.
Khalifah terakhir adalah 1924, berarti 6 tahun lagi, kita akan menghadapi 1 abad runtuhnya khalifah islam.
Muhammad Al fatih di usia 22 thn. Sudah mampu menaklukan konstantinopel, di usia kota saat ini apakah kita bisa menaklukan Roma?
Itu mungkin pertanyaan yg bisa menjadi renunungan Bahwa jika peradaban bisa dibangun oleh pemuda maka kita seharusnya bisa juga melakukannya.
*Azmi Al Amien, merupakan Ketua I Bidang Kaderisasi Pimpinan Wilayah PII Jawa Tengah. Saat ini Ia masih menempuh studi di Universitas Negeri Semarang.
Red : Tori Nuariza