Bukti Keselarasan Al-Quran dengan Ilmu Pengetahuan Modern
Oleh Effendi Ishak
Pada bulan suci Ramadhan 1439 Hijriah tahun ini, yang berlangsung disepanjang pertengahan Mei sampai pertengahan Juni 2018 Masehi, maka akan terdapat 17 Ramadhan, dan diperingati sebagai hari turunnya kitab suci Al Qur’an, kitab suci yang sangat mulia bagi ummat Islam.
Begitu banyak keunggulan dan keistemewaan kitab suci ini, yang akhirnya membuat kagum dan terpesonanya pemerhati kitab suci ini, terutama adanya keselarasan yang : obyektif, akurat, teliti dan faktual dengan kenyataan riil alam semesta dan lingkungan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan, secara fisik di tingkat mikronya maupun makronya. Sehingga Al Quran bukan hanya kitab mulia yang berisikan persoalan iman untuk kepercayaan sekarang, tetapi juga untuk masa depan setelah kematian dan kemudian kitab tersebut, benar benar rasional, berbasiskan kesesuaian kaedah kaedah ilmu pengetahuan modern.
Dari sekian banyak keajaiban Al Quran khususnya di bidang sains dan ilmu pengetahuan, ada satu bidang yang membuat seorang: Prof Dr Tagatat Tejasen, guru besar bidang ilmu kulit atau dermatologi, Fakultas Kedokteran Universitas Chiang Mai, Thailand, pada 3 November 1983, akhirnya masuk Islam dan meninggalkan agamanya yang lama, Budha. Peristiwa itu terjadi pada acara Konferensi Kedokteran Saudi tahun 1983 di Riyadh, Saudi Arabia.
Peristiwa itu bermula dari keingintahuan, Tagatat Tejasen, sebagai seorang dermatologis, dengan pertanyaan yang sederhana : Bagaimana mungkin orang yang masuk neraka dalam keyakinan Islam, akan mengalami sakit terus menerus atau berkepanjangan yang tiada henti, padahal jika api neraka membakar tubuh penghuni neraka, suatu saat sakit itu berhenti atau hilang, karena dalam pembakaran tubuh manusia, yang merasakan pertama kali sakit itu adalah akibat kulit yang terbakar. Karena , menurut Ilmu khusus kulit atau Dermatologi, kulit manusia itu terdiri dari tiga lapisan, dari paling luar adalah : (1) epidermis, (2) dermis, (3) sub cutis. Yang merasakan sakit karena tubuh manusia dibakar, adalah karena adanya syaraf affarent dan syaraf efferent. Adanya rasa sakit atau nyeri pada kulit manusia, karena pada bagian sub cutis kulit manusia terdapat ujung ujung syaraf yang merupakan pengatur sensasi sehingga dapat merasakan nyeri atau sakit pada kulit. Selain pengatur sensasi, pada sub cutis juga terdapat ujung ujung pembuluh darah. Karena itu, rasa sakit atau nyeri tidak terus menerus berlama lama atau berkepanjangan, sebab apabila jaringan kulit lapisan ketiga rusak atau stadium luka bakar tertinggi yaitu stadium combustio grade ke III (tiga), maka jaringan sub cutis rusak, sehingga rasa sakit dan nyeri otomatis akan sirna atau hilang.
Secara akademis, yang dirasakan oleh penghuni neraka, berupa rasa nyeri atau sakit akibat pembakaran pada dirinya itu, akan reda dan sirna, jika kulitnya yang terbakar itu sudah sampai menghancurkan semua jaringan sub cutis atau pembakarannya sudah melampaui stadium combustio grade III ( tiga ). Oleh karena itu, bagi : Tagatat Tejasen, seorang profesor ilmu kulit (dermatologis) yang beragama Budha ini, menjadi heran dan risau untuk mendapatkan penjelasan akademis atau ilmiah, bahwa kenapa sakit atau nyeri akibat luka bakar itu di dalam neraka itu tidak pernah berhenti, padahal jaringan sub cutis telah rusak dan hancur.
Tagatat Tejasen, yang pernah jadi Dekan, Fakultas Kedokteran Universitas Chiang Mai, Thailand, dan rajin mengikuti Konferensi Kedokteran Saudi Arabia, yang diselenggarakan : di kota Jeddah, bulan Maret 1981, sebagai Konferensi ke 6. Dan di kota Dammam , bulan Mei 1982, sebagai Konferensi 7. Serta di kota Riyadh, bulan November 1983, sebagai Konferensi ke 8. Pada konferensi yang ke 8 itulah, Prof. Dr Tagatat Tejasen, menemukan jawabannya yang sangat memuaskan dari Kitab Suci Al Qur’an, sehingga dia masuk agama Islam.
Sebagaimana yang disarankan oleh dokter muslim lainnya , peserta kongres kedokteran ke 8 di Riyadh, bahwa jawaban atas pertanyaan dan kerisauan dari Tagatat Tejasen, jawabannya telah ada pada : surah ke 4 ( empat ) atau surah An Nisa, ayat 56 dari kitab suci Al Qur’an. Dalam ayat itu dijelaskan, 4:56, yaitu : ” Sungguh orang orang yang kafir kepada ayat-ayat kami, kelak akan kami masukkan kedalam neraka, setiap kali kulit mereka hangus, maka akan kami ganti dengan kulit yang baru lagi agar mereka merasakan azab itu, sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.”
Pada saat itu, terpana dan takjub yang luar biasa, bagi seorang Tagatat Tejasen, betapa rasional dan bertanggung jawabnya kitab Suci Al Qur’an, untuk menyampaikan informasi atau wahyunya yang ketat dengan kaidah rasional dan akademisnya yang bisa dipahami oleh manusia. Bahwa sakit dan super nyeri yang dirasakan oleh orang orang yang kafir atau ingkar terhadap kebenaran Wahyu dari Allah itu, karena sewaktu dibakar tubuhnya dengan rasa sakit yang terus menerus tanpa henti, karena kulit, terutama jaringan sub cutis yang merasakan sakit itu, jika dia telah hancur dan rusak, maka atas kuasa Allah SWT, kulit atau jaringan itu berubah menjadi kulit baru dan akhirnya merasakan sakit dan perih lagi, terus begitu dan berulang, sehingga rasa sakit dan nyeri sebagai azab itu berkepanjangan tanpa henti. Disitulah yang membuat takjubnya pada Al Qur,an yang ilmiah, bertanggungjawab dan sesuai dengan kaedah dalam ilmu Dermatologi. Sehingga kitab Al Qur’an, memang adalah kalam Allah atau perkataan Allah, sebab kitab ini disampaikan 1400 tahun yang lalu, sedangkan Muhammad SAW adalah bukan seorang dokter akhli syaraf atau neurologis dan juga bukan akhli kulit atau Dermatologis. Jadi memang benar benar dari Tuhan yang maha esa, yaitu Allah SWT, yang maha berilmu dan maha tahu, sehingga semua pernyataan Allah adalah benar adanya.
Maka di kota Riyadh, 3 November 1983, masih dalam suasana Konferensi Kedokteran, Saudi Arabia, Tagatat Tejasen, peserta konferensi dari Thailand menyatakan masuk Islam, karena kagum atas Al Qur’an yang sangat rasional dan bertanggung jawab secara akademis dalam pernyataannya, tatkala berbicara tentang rentang masa sakit atau perih pada tubuh manusia yang dibakar.
Jika diikuti dan dipantau secara kritis dan terus menerus, sejak jaman Nabi Muhammad Bin Abdullah Bin Abdul Muthalib, sebagai nabi dan rasul terakhir yang diutus Allah ke bumi, maka tidak pernah terjadi ada bukti dan fakta bahwa ada pernyataan Al Qur’an yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern atau beberapa kali upaya untuk memalsukan bacaan atau isi kitab suci Al Qur’an selalu gagal, karena betapa banyaknya manusia pilihan Allah SWT yang bisa menghapal Al Quran dan bisa mengetahui penulisannya yang benar. Dan jumlah manusia jenis ini tidak pernah punah, selalu ada dan selalu siaga. Belum lagi berapa banyak ilmuwan ilmuwan non muslim yang kemudian masuk Islam, karena membuktikan kebenaran pernyataan Al Qur’an dengan fakta riset dan analisis serta axioma yang diyakini dalam bidang profesi keilmuan yang merupakan profesinya : apakah bidang kedokteran, bidang ruang angkasa, bidang kimia dan lain lain. Maka memang maha benar Allah dalam firmannya. Wallahu alam bissawab.