DHAKA, (Wartamuslimin.com) — Menteri Luar Negeri Abul Hasan Mahmood Ali baru-baru ini mengungkapkan bahwa Pasukan Militer Myanmar telah membunuh setidaknya 3.000 Muslim Rohingya dalam kekerasan terbaru terhadap minoritas Muslim di negara bagian Rakhine, Myanmar Barat, demikian pernyataannya Ahad (10/09).
“Mereka telah membunuh lebih dari 3.000 orang di sana dan menghanucrkan rumah mereka,” kata Abul Hasan Mahmood Ali kepada para wartawan, setelah memberikan penjelasan singkat kepada para utusan negara-negara Arab dan negara Barat serta perwakilan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Dhaka mengenai upaya Bangladesh untuk pengungsi Rohingya, dikutip dari AA.
Menlu Bangladesh itu menjelaskan bahwa saat masyarakat internasional menggambarkan kekerasan di Rakhine sebagai “genosida”, Kami pun juga berpikir demikian”, pungkasnya.
Abul Hasan Mahmood Ali mengatakan 300.000 penduduk Rohingya telah tiba di Bangladesh dalam 2 pekan terakhir sementara 4.000 dari mereka sebelumnya telah melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari penyiksaan oleh pasukan keamanan Myanmar.
Menlu Bangladesh tersebut mengatakan kepada para utusan negara atau badan PBB bahwa Bangladesh telah menampung 400.000 Rohingya selama tiga dekade terakhir dan gelombang arus lonjakan terbaru ini menambah total angka pengungsi menjadi 700.000 jiwa dan ini tentu menghadirkan tantangan besar bagi Dhaka dalam hal menyediakan tempat pelindungan, kamp pengungsian, pasokan logistik serta bantuan kemanusiaan lainnya kepada mereka.
Mahmood Ali menyatakan bahwa seluruh dunia saat ini bersama dengan Bangladesh.
Ia juga mengatakan, “Masyarakat internasional telah menunjukkan ketertarikan dan simpatinya untuk bekerja sama dalam masalah politik dan kemanusiaan.”
“Beberapa negara telah mengumumkan dana tambahan. Dana ini akan disalurkan melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa”, tandasnya.
Pengungsi Rohingya Capai 370.000 Jiwa
Angka terbaru untuk pengungsi yang telah menyeberang dari negara bagian Rakhine Myanmar ke Bangladesh terdapat kenaikan sebanyak 57.000 jiwa pada angka yang diberikan oleh Badan Pengungsi PBB, Senin (11/09).
Para pengungsi tersebut melarikan diri dari operasi militer brutal baru-baru ini di mana mereka mengatakan bahwa pasukan militer dan gerombolan ektrimis Budha membunuhi pria, wanita dan anak-anak Rohingya, bahkan menjarah rumah dan membakar desa-desa Muslim Rohingya.
Menurut Bangladesh, sekitar 3.000 penduduk Rohingya dibantai dalam tindakan brutal Militer Myanmar tersebut.
Minoritas Etnis Paling Tertindas di Dunia
John McKissick, seorang pejabat Badan pengungsi PBB yang berbasis di Bangladesh, mengatakan etnis Rohingya adalah “minoritas etnis yang paling tertindas di dunia.”
Sementara itu, Pelapor khusus HAM PBB di Myanmar, Yanghee Lee, pada Jumat (20/01/2017) menegaskan bahwa pemberontakan bersenjata di negara bagian Rakhine disebabkan karena diskriminasi selama beberapa dekade lamanya yang dilembagakan, tersturktur dan sistematis terhadap Muslim Rohingya.
Undang-Undang tahun 1982 menolak hak-hak etnis Rohingya – banyak di antara mereka telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi, namun hak kewarganegaraan mereka tak diakui, status mereka stateless [tanpa negara]. Situasi ini juga menghilangkan kebebasan Rohingya bergerak, dari akses pendidikan hingga layanan kesehatan yang sangat minim, bahkan otoritas Myanmar terus melakukan penyitaan sewenang-wenang terhadap properti milik mereka.
Diperkirakan 1,1 juta Muslim Rohingya tinggal di Rakhine, di mana mereka dianiaya, dan menjadi minoritas etnis tanpa negara. Pemerintah Myanmar secara resmi tidak mengakui Rohingya, menyebut mereka imigran Bengali sebagai imigran ilegal, meskipun ketika dilacak akar sejarahnya, etnis Rohingya telah lama hidup dan tinggal di Myanmar selama beberapa generasi.[NZ]