(Wartamuslimin.com) — Tepat pada hari Selasa pada tanggal 20 Jumadil Ula 857 H atau bertepatan dengan 29 Mei 1453, 566 tahun silam Sultan Mehmed II berhasil membebaskan Konstantinopel, pusat Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) sesuai dengan bisyarah (kabar gembira) Rasulullah SAW sekitar 8 abad sebelumnya.
Bisyarah Rasulullah yang disampaikan oleh Abdullah bin Amru pada shahabat:
فقال عبد الله بينما نحن حول رسول الله صلى الله عليه وسلم نكتب إذ سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم أي المدينتين تفتح أولا قسطنطينية أو رومية فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم مدينة هرقل تفتح أولا يعني قسطنطينية
Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata,
“bahwa ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah saw untuk menulis, tiba-tiba beliau saw ditanya tentang kota manakah yang akan difutuh (dibebaskan) terlebih dahulu, apakah kota Konstantinopel atau kota Roma”. Rasulullah SAW menjawab, “Kota Heraklius terlebih dahulu (maksudnya Konstantinopel)” (HR Ahmad)
لتفتحن القسطنطينية فلنعم الأمير أميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش
“Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat amir (panglima perang) adalah amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya” (HR Ahmad)
Sebagaimana diketahui masyarakat dunia, Konstantinopel merupakan salah satu kota terpenting di dunia, yang memiliki benteng pertahanan yang tidak tertembus yang dibangun pada tahun 330 M oleh Kaisar Theodosius. Kota ini pun menjadi ibukota Kekaisaran Romawi Timur Bizantium. Secara geostrategis dan geopolitik, kota ini menjadi benteng terkuat di dunia pada masanya dengan dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut Marmara dan Selat Tanduk Emas (Golden Horn Straits) yang dijaga dengan rantai yang sangat besar, hingga tidak memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke dalamnya.
Betapa pentingnya posisi geografis Konstantinopel ini digambarkan oleh Napoleon Bonaparte dengan kalimat “…..kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Konstantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!”. Dalam perkataanya tersebut Napoleon tampak mengungkapkan hasratnya terhadap kota yang letaknya strategis di jalur pertemuan antara benua Asia dan benua Eropa itu.
Upaya Futuhat (pembebasan) atas Konstantinopel telah dilakukan sebanyak 8 kali oleh umat Islam. Lima kali pada masa Umayyah, satu kali pada masa Abbasiyah, dan dua kali pada masa Utsmaniyah.
Tercatat dalam sejarah upaya pembebasan Konstantinopel dimulai pada masa Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan di tahun 48 Hijriyah. Tahun 669 M, Pasukan Bani Umayah yang dipimpin Yazid bin Muawiyah menyerang Konstantinopel untuk pertama kalinya. Yazid dikirim Khalifah pertama dari Bani Umayyah, yang juga ayahnya sendiri, Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan untuk membantu Fadhallah bin Ubaid Al Anshari dalam perang darat, yang telah melewati musim dingin (668-669 M) di Kalkedom. Pengepungan dilakukan di musim semi sampai musim panas. Dalam pengepungan selama beberapa bulan ini pasuka tidak dapat menaklukan kota itu. Saat pengepungan ini, Abu Ayub Al Anshari wafat. jasadnya dimakamkan di dekat dinding Konstantinopel sesuai wasiatnya.
Tahun 674 M, Pasukan Umayah kembali melakukan serangan ke Konstantinopel yang dikenal dengan sebutan Perang 7 Tahun (674-680 M), yang dilakukan oleh dua angkatan laut dekat Konstantinopel. Penggunaan senjata Yunani yang ditemukan oleh Callinicus yang mudah terbakar berhasil menyelamatkan Kontantinopel.
Upaya penaklukan kedua terjadi di masa Sulaiman bin Abdul Malik (98 H) di mana dia mempersiapkan pasukan besar di bawah komando saudara laki-lakinya Maslamah bin Abdul Malik. Dia mengepung kota itu dari darat dan udara selama satu tahun penuh, namun tak membuahkan hasil.
Upaya ketiga dilakukan pada masa Kekhalifahan Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid pada tahun 165 H. Pasukannya dapat mencapai pinggiran Kota Iskedar kemudian Ratu Romawi kala itu menginginkan perdamaian dan berjanji akan membayar jizyah. Sultan Ar-Rasyud setuju dan kembali tanpa melakukan penaklukan.
Kemudian, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (98 H) pada masa Kekhalifahan Umayyah, Khalifah Harun al-Rasyid (190 H) masa Kekhalifahan Abasiyyah. Selain itu pada masa Utsmaniyah, Sultan Beyazid I (796 H) dan Sultan Murad II (824 H) juga tercatat dalam usaha pembebasan Konstantinopel, namun belum juga berhasil.
Akhirnya dibawah kepemimpinan Sultan Mehmed II atau juga dikenal Sultan Muhammad bin Murad (Al Fatih), Konstantinopel berhasil ditaklukan dalam operasi pengepungan militer selama lebih dari 50 hari lamanya.
Muhammad Al-Fatih dilahirkan pada tahun 833 Hijriyah atau 1429 Masehi. Ia menjadi pemimpin pada usia muda, 22 tahun. Ayahnya, Sultan Murad, telah menunjuk ulama Syeikh Ahmad bin Ismail Alkawrani untuk mengajar dan membesarkannya. Alkawrani merupakan seorang ulama dan cendekiawan. Ia kemudian pergi ke Kairo dan belajar hadits dari Ibnu Hajar. Selain itu Sultan Muhammad Al Fatih juga mempelajari Al-Quran, fiqih serta matematika, geografi, sejarah dan ilmu militer. Dia dapat menguasai beberapa bahasa selain Turki, seperti Persia dan Arab.
Sejak kecil, Al Fatih telah dididik oleh ulama-ulama besar zamannya, khususnya Syaikh Ahmad Al-Kurani yang mengajarkan padanya Al-Qur’an dan Syaikh Aaq Syamsuddin yang tidak hanya menanamkan kemampuan beragama dan ilmu Islam, tetapi juga membentuk mental pembebas pada diri Muhammad al-Fatih.
Syeikh Syamsuddin selalu membekali al-Fatih dengan cerita dan kisah para penakluk, kisah syahid dan mulianya para mujahid, dan selalu mengingatkan Muhammad Al Fatih tentang bisyarah rasulullah dan janji Allah yang menjadikannya seorang yang memiliki mental seorang penakluk. Dialah yang selalu mengingatkan Muhammad Al-Fatih mengenai hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mengenai penaklukan Konstantinopel yang berbunyi: “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]. Sejak itu Sultan Muhammad Al-Fatih bertekad untuk menaklukkan Konstantinopel.
Berikut Kronologi Pembebasan Konstantinopel oleh Sultan Mehmed II ‘Muhammad Al-Fatih’
Persiapan untuk menaklukkan Konstantinopel (Istanbul masa kini) dimulai pada tahun 1452. meriam-meriam besar yang diperlukan untuk pengepungan besar dibentuk di Hongaria, Kastil Rumeli di sisi Eropa dibangun untuk mengendalikan jalur air di Selat Bosphorus, armada perkasa dibuat dengan mendirikan 16 galangan kapal, jumlah prajurit dilipatgandakan, rute pasokan logistik ke Bizantium dipastikan berada di bawah kendali Utsmani, dan akhirnya kesepakatan dibuat dengan orang-orang Genoa untuk menjaga agar Galata netral selama pengepungan tersebut.
Di Adrianopel, meriam-meriam besar dibangun di bawah pengawasan dua insinyur, salah satunya seorang Muslim dan lainnya seorang Hungaria bernama Orban. Salah satu meriam terbesar yang pernah dirakit. Rudalnya mempunyai berat 300 kg dan jangkauan tembaknya dapat mencapai lebih dari satu mil.
Pada bulan April 1453, pasukan perbatasan Utsmani pertama kali terlihat di depan kota, pengepungan dimulai. Berikut ini adalah garis waktu kronologis dari poin-poin penting penaklukan:
5 April 1453
Sultan Mehmed II memposisikan 80.000-100.000 pasukan di luar tembok Konstantinopel (ada versi yang menyebutkan 250.000). 120 Armada kapal Utsmani bersiaga di perairan
Sementara armada Konstantin XI dengan bantuan Venesia menghadang dengan 26 kapal dan 7.000 prajurit, skema bantuan Katolik Eropa tidak efektif
6 April 1453
Sultan Mehmed mendirikan kemah kekaisarannya di dekat pintu St. Romanus di lingkungan Topkapi. Pada hari yang sama kota itu dikepung dari Tanduk Emas (Golden Horn) ke Laut Marmara dari daratan.
6-7 April 1453
Meriam pertama ditembakkan. Beberapa benteng di lingkungan Edirnekapi hancur.
9 April 1453
Baltaoglu Suleyman Bey meluncurkan serangan pertama untuk memasuki inlet Tanduk Emas.
9-10 April 1453
Beberapa benteng di Bosphorus diambil. Baltaoglu Süleyman Bey merebut Kepulauan Marmara.
11 April 1453
Tembok besar dibombardir oleh tembakan meriam. Lubang dan celah dibuka di sana-sini. Kehancuran serius yang ditimbulkan oleh pemboman tanpa henti.
12 April 1453
Armada Utsmani menyerang kapal-kapal yang melindungi Tanduk Emas (Golden Horn). Kemenangan kapal-kapal Kristen menurunkan moral pasukan Utsmani. Atas perintah Sultan Mehmed II, kapal-kapal Bizantium dihantam oleh tembakan mortir, dan satu kapal tenggelam.
18 April 1453, Malam
Sultan Mehmed II memberikan perintah penting pertamanya. Serangan itu berlangsung empat jam tetapi tersebar.
20 April 1453
Pertempuran laut terjadi di dekat lingkungan Yenikapi antara armada Utsmani dan empat kapal perang Bizantium dengan tiga kapal pasokan penuh makanan dan senjata yang dikirim oleh Kepausan. Sultan Mehmed II datang sendiri ke pantai dan memerintahkan Baltaoglu Süleyman Pasha untuk menenggelamkan kapal-kapal itu dengan cara apa pun yang memungkinkan. Armada Utsmani tidak bisa menghentikan kapal musuh. Dengan kegagalan ini, pasukan Utsmani kehilangan semangat dan menunjukkan tanda-tanda kekalahan. Tentara Utsmani mulai membelot dari tentara. Segera, Kaisar Bizantium ingin mengambil keuntungan dari situasi ini dan menawarkan kedamaian.
Tawaran itu didukung oleh Wazir Çandarli Halil Pasha, tetapi ditolak oleh Sultan Mehmed II. Pengepungan dan pemboman benteng dengan meriam berlanjut.
Selama kekacauan dan perasaan kekalahan yang meluas ini, sepucuk surat dari guru spiritual Sultan Aaq Syamsuddin menjanjikan kabar baik tentang penaklukan tersebut. Terdorong oleh dukungan spiritual ini, Sultan Mehmed II meningkatkan serangan dan memutuskan untuk menambahkan unsur kejutan: armada Utsmani yang berlabuh di Teluk Dolmabahçe akan dipindahkan ke Tanduk Emas melalui darat.
22 April 1453
Pada dini hari, Bizantium terkejut dan ngeri ketika mereka melihat kapal-kapal Utsmani bergerak turun di perbukitan pelabuhan. Tujuh puluh kapal yang diangkut oleh sapi dan diseimbangkan oleh ratusan tentara melalui tali tergelincir di atas seluncuran. Menjelang sore, kapal sudah berada di dalam teluk yang terlindungi dengan baik.
Penampilan mengejutkan armada Utsmani di teluk menciptakan kepanikan di antara penduduk Bizantium di Konstantinopel. Dinding di pantai Tanduk Emas menjadi tempat yang rentan dan beberapa pasukan Bizantium dipindahkan ke sana. Ini melemahkan pertahanan dinding tanah.
28 April 1453
Upaya untuk membakar kapal-kapal Utsmani di teluk dicegah oleh tembakan meriam berat. Sebuah jembatan dibangun antara lingkungan Ayvansaray dan Sutluce untuk menyerang dinding yang terletak di tepi teluk.
Tawaran penyerahan tanpa syarat disampaikan kepada Kaisar melalui Genoa. Jika dia menyerah dia bisa pergi ke mana pun dia inginkan dan nyawa dan harta rakyatnya akan selamat. Kaisar menolak tawaran ini.
7 Mei 1453
Serangan selama tiga jam diluncurkan di arus Bayrampasa dengan kekuatan 30.000 pasukan; tapi menuai kegagalan.
12 Mei 1453
Serangan menggelegar yang dilakukan ke titik antara Istana Tekfur dan Edirnekapi dikalahkan oleh pertahanan Bizantium.
16 Mei 1453
Ketika terowongan bawah tanah menggali ke arah Egrikapi memotong terowongan bawah tanah Bizantium, sebuah pertempuran bawah tanah meletus.
Pada hari yang sama, upaya untuk memotong rantai besar yang menghalangi pintu masuk Tanduk Emas gagal. Hari berikutnya serangan itu diulangi, tetapi sekali lagi berakhir dengan kegagalan.
18 Mei 1453
Pasukan Utsmani meluncurkan serangan lain dari arah lingkungan Topkapi dengan menggunakan menara kayu. Bizantium membakar menara di malam hari dan mengosongkan parit yang diisi oleh Ottoman.
Selama hari-hari berikutnya, pemboman dinding tanah dilanjutkan.
25 Mei 1453
Sultan Mehmed II, mengirim Isfendiyar Beyoglu Ismail Bey sebagai duta besar yang menawarkan Kaisar untuk menyerah untuk yang terakhir kalinya. Menurut tawaran ini, Kaisar dan para pengikutnya dapat mengambil harta kekayaan mereka dan pergi ke mana pun mereka inginkan. Orang-orang yang memutuskan untuk tinggal dapat menyimpan baranng, harta dan tanah milik mereka. Tawaran ini juga ditolak Kaisar Konstantin XI.
26 Mei 1453
Berhembus rumor, negara-negara Eropa dan terutama Hongaria berencana untuk mengerahkan pasukan mereka untuk membantu Bizantium kecuali pengepungan itu berakhir. Setelah mendengar desas-desus ini, Sultan Mehmed II mengumpulkan dewan perangnya. Dalam pertemuan itu Candarli Halil Pasha dan faksinya membela posisi mereka sebelumnya, yaitu mengakhiri pengepungan. Sultan Mehmed II dengan gurunya Zaganos Pasha, gurunya Syaikh Aaq Syamsuddin, Molla Gürani dan Molla Hüsrev menentang gagasan menghentikan pengepungan.
Mereka memutuskan untuk melanjutkan perang dan Zaganos Pasha ditugaskan untuk persiapan.
27 Mei 1453
Serangan mobilisasi umum dilancarkan pasukan Utsmani.
28 Mei 1453
Tentara Utsmani menghabiskan hari itu dengan beristirahat dan mempersiapkan serangan hari berikutnya. Ada keheningan di antara para prajurit. Sultan Mehmed II memeriksa pasukan dan mendorong mereka untuk melakukan serangan besar.
Di sisi lain, upacara keagamaan diadakan di Gereja Katedral Hagia Sophia. Kaisar Konstantin XI mendesak warga sipil untuk berpartisipasi dalam pertahanan. Ini akan menjadi upacara kekaisaran Bizantium terakhir.
29 Mei 1453
Sultan Mehmed II berhasil menaklukkan Konstantinopel
Para peleton diposisikan untuk serangan itu. Sultan Mehmed II memberikan perintah untuk menyerang pada tengah malam. Di dalam Konstantinopel, sementara para prajurit mengatur perang, orang-orang memenuhi gereja.
Tentara Ottoman melancarkan serangan terakhirnya. Serangan pertama dilakukan oleh infanteri dan diikuti oleh tentara Anatolia. Ketika 300 tentara Anatolia terbunuh, Janissari memulai serangan mereka. Dengan kehadiran Sultan Mehmed, pasukan Utsmaniyah termotivasi dan pertarungan tangan kosong pun dimulai. Seorang prajurit muda, Ulubatli Hasan, yang pertama kali mendirikan bendera Kesultanan Utsmani di dinding tanah Bizantium, Ia mati syahid. Setelah mendobrak pintu masuk, pasukan Janissari berhasil memasuki lingkungan Belgradkapi dan bertempur sengit di Edirnekapi, akhirnya pertahanan Bizantium runtuh. Kaisar Konstantin terbunuh dalam pertempuran jalanan.
Pasukan Utsmani berhasil masuk dari segala penjuru arah dan menghancurkan pertahanan Bizantium sepenuhnya. Menjelang siang, Sultan Mehmed II memasuki kota. Dia langsung pergi ke Gereja Katedral Haghia Sophia dan memerintahkan untuk mengubahnya menjadi masjid.
Nama Konstantinopel diubah menjadi “Islambool” yang artinya “masuk Islam sepenuhnnya” atau “Islam secara keseluruhan”. Pada masa kini, Istanbul menjadi ibukota Republik Turki.
Konsekuensi Penaklukan
Penaklukan Konstantinopel telah memiliki dampak historis di dunia, beberapa sejarawan bahkan menandai akhir Abad Pertengahan. Dengan pengepungan Istanbul, Utsmani melanjutkan untuk mendirikan hegemoni atas banyak negara Turki merdeka (Beylik) di dalam Anatolia (Asia Kecil). Hasil penaklukan kekaisaran adalah untuk menyatukan populasi Turki di Anatolia. Pada gilirannya, komunitas dan kerajaan non-Turki, Muslim lainnya digabungkan di bawah perlindungan kepemimpinan Ottoman sehingga Ottoman Beylik akhirnya akan berkembang menjadi Kekaisaran.
Setelah penaklukan, Muslim Utsmani mengambil peran dinamis dalam membentuk politik internasional. Sampai saat itu, Susunan Kristen Eropa telah menjauhkan Muslim dari Asia Kecil, dengan Istanbul berfungsi sebagai stasiun perbatasan bagi Tentara Salib. Tapi Setelah penaklukan, kedaulatan umat Islam terjamin, dan mereka tidak lagi diancam oleh Tentara Salib. Memang Muslim akhirnya akan memulai kampanye Eropa.
Signifikansi penting lain dari penaklukan terhadap peristiwa dan sejarah dunia adalah hubungannya dengan Renaissance. Setelah penaklukan, banyak seniman dan filsuf Bizantium beremigrasi ke pusat-pusat Eropa, kebanyakan Roma, membawa serta naskah-naskah berharga mengenai perkembangan intelektual yang maju. Para intelektual ini memainkan peran kunci dalam gerakan untuk menghidupkan kembali dan merevisi budaya Yunani klasik. Pertikaian dan penyatuan kembali dua aliran yang berbeda memicu revolusi ideologis yang dikenal sebagai Renaisans Eropa, dan para intelektual Bizantium dari Istanbul mengambil bagian dalam gerakan ini.