Pemimpin Muslim Afrika Tegaskan Perlawanan dan Solidaritas Perjuangan Rakyat Palestina

PRETORIA, (Wartamuslimin.com) — Kelompok-kelompok Muslim dan organisasi hak-hak sipil di Afrika turut angkat bicara mengecam keras keputusan pemerintahan Trump mengenai pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel..

Dewan Yudisial Muslim Afrika Selatan, South Africa’s Muslim Judicial Council (MJC) dalam pernyataannya Kamis (07/12) menegaskan bahwa pengumuman Trump itu dapat memicu konflik dan konfrontasi keagamaan di Timur Tengah karena kota Yerusalem merupakan kota suci bagi ketiga agama monoteistik tersebut.

“Bukan hak A.S. atau pemerintah atau pihak lain untuk memutuskan kota mana yang harus menjadi ibu kota negara manapun,” pungkas Presiden MJC Syaikh Irafaan Abrahams, dilansir dari Anadolu Ajensi.

Abrahams mengatakan dengan memindahkan kedutaannya, AS akan menjadi terlibat dalam proses aneksasi ilegal [pencaplokan] Yerusalem di Yerusalem dan hal ini akan menghancurkan setiap peluang perdamainan di negara Palestina dan usaha penuh semangat untuk menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibukota Palestina.

“Kami mendesak agar PBB melindungi hak-hak rakyat Palestina sebagaimana dinyatakan dalam resolusi internasional,” ungkapnya.

Pemimpin Muslim Mozambik Sheikh Ameen Uddin juga mengecam keras keputusan Trump, Ia mengatakan: “Kami khawatir hal ini dapat menyebabkan lebih banyak konflik dan menciptakan lebih banyak ekstremis di wilayah ini.”

Sheikh Ameen Uddin mengatakan bahwa Trump telah membuat keputusan yang salah dan Ia harus mempertimbangkan untuk memperbaikinya, karena Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa dan negara-negara Muslim, semua tidak setuju dengan pengumumannya atas Yerusalem.

Sheikh Dinala Chabulika yang mewakili Asosiasi Muslim Malawi menyebut keputusan Trump itu sebagai sesuatu yang menyedihkan dan tidak dapat diterima.

“Sebagai Muslim kita tidak dapat menerima keputusan seperti itu, kecuali jika Trump membenarkannya,” jelasnya, Sheikh Dinala Chabulika mengungkapkan bahwa pihaknya sangat kecewa dengan langkah AS tersebut.

Sementara itu Bram Hanekom, anggota Kongres Nasional Afrika (ANC) yang merupakan partai berkuasa di Afrika Selatan, mengatakan bahwa Ia ingin ANC mempercepat kebijakannya untuk menurunkan status hubungan diplomatik Afrika Selatan dengan Israel.

Selama konferensi kebijakan ANC pada bulan Juli, partai tersebut mengadopsi sebuah rekomendasi untuk menurunkan status Kedubes Afrika Selatan di Israel hanya menjadi kantor penghubung untuk mengurangi hubungan diplomatik.

Partai ANC mengatakan Israel terus saja memperlakukan Palestina dengan kekerasan daripada mencoba mencapai kesepakatan.

Sementara itu, Uni Afrika (African Union) mengatakan bahwa langkah AS ini dapat menggagalkan proses perdamaian Timur Tengah.

Dalam pernyataannya, Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki mengatakan bahwa pihaknya “menyesalkan keputusan yang hanya akan meningkatkan ketegangan di wilayah [Palestina] ini dan sekitarnya”, dikutip dari AA.

Mewakili Uni Afrika Moussa Faki mengulangi solidaritas Uni Afrika dengan rakyat Palestina dan dukungan lembaganya terhadap usaha-usaha sah mereka untuk mendeklarasikan sebuah negara merdeka, dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.

Pada hari Rabu (06/12), Presiden A.S. Trump mengumumkan keputusannya untuk secara formal mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, meskipun Ia segera mendapat tentangan luas di Timur Tengah.

Pengumuman Trump tersebut memicu kecaman keras dari seluruh dunia, termasuk Turki, Uni Eropa dan PBB.

Selama masa kampanye Pilpres AS lalu, Donald Trump berjanji untuk memindahkan Kedutaan A.S. dari Tel Aviv ke Yerusalem, dan sejak Rabu (06/12) janji itu diwujudkan Trump melalui pernyataanya di ruang Resepsi Diplomatik Gedung Putih.

Yerusalem hingga kini tetap menjadi inti konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade, sementara rakyat Palestina tetap memperjuangkan Yerusalem Timur yang diduduki Israel sebagai ibu kota negaranya.[NZ]