JENEWA, (Wartamuslimin.com) — PBB pada hari Jumat (15/09)m lalu memperingatkan bahwa tidak ada tanda-tanda gelombang arus perpindahan pengungsi Rohingya akan surut setelah sekitar 400.000 Muslim Rohingya – termasuk diantaranya 36.000 bayi – melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh.
Negara-negara regional Asia Tenggara dan Turki menggambarkan situasi ini sebagai “balap melawan waktu” untuk membawa bantuan kemanusiaan dalam rangka menyelamatkan ratusan ribui nyawa Muslim Rohingya.
“Tidak ada tanda-tanda gelombang perpindagan Rohingya surut, karena asap dari desa-desa muslim yang terbakar di Negara bagian Rakhine Myanmar masih terlihat jelas dari Distrik Cox’s Bazar,” kata Joel Millman dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) di Jenewa.
“Pemerintah Bangladesh, pemerintah asing – termasuk Turki, Indonesia dan Malaysia – dan lembaga-lembaga bantuan di lapangan sekarang ini sedang berlomba melawan waktu untuk membawa makanan, tempat tinggal, sanitasi, kesehatan, dan layanan lainnya demi menyelamatkan nyawa bagi para pendatang baru yang sangat membutuhkan bantuan, ” imbuh Millman, seperti dilansir Anadolu.
Millman menerangkan bahwa negara-negara Muslim termasuk yang pertama memberikan bantuan kepada para pengungsi rentan di Bangladesh ini.
Juru bicara UNCHR Andrej Mahecic menggambarkan malapetaka di Myanmar sebagai salah satu krisis pengungsi tercepat dalam beberapa tahun terakhir.
Juru bicara UNICEF Marixie Mercado mengatakan 36.000 bayi Rohingya berusia di bawah satu tahun dan sebanyak 92.000 anak-anak Rohingya di bawah usia lima tahun tiba di Bangladesh.
Sejak 25 Agustus, jumlah pengungsi Rohingya yang telah menyeberang dari negara bagian Myanmar di Rakhine ke Bangladesh mencapai angka 400.000 jiwa, menurut PBB.
Para pengungsi tersebut melarikan diri dari operasi militer baru di mana pasukan Myanmar dan gerombolan ektrimis Buddha membunuh pria, wanita dan anak-anak, menjarah rumah dan membakar desa-desa Muslim Rohingya.
Bahkan, menurut Bangladesh, sekitar 3.000 Muslim Rohingya dibantai dalam tindakan keras militer tersebut.[NZ]