SOLO, (Wartamuslimin.com)- Pakar Ekonomi Nasional, Rizal Ramli berbicara tentang progresifitas perekonomian Indonesia. Hal ini disampaikan ketika dia didaulat sebagai pembicara dalam Seminar DEMA Fakultas Ekonomi dan Bisnisn Islam (FEBI) IAIN Surakarta, dengan tema _”Become Young Leader With Skills In Entrepreneur And Knowledge of Indonesian Economics In Disrubtion Era”_, Kamis (07/11).
Acara tersebut merupakan salah satu bentuk realisasi dari keresahan terhadap kondisi pemuda Indonesia saat ini, DEMA FEBI IAIN Surakarta, melalui Departemen Keilmuan dan Kewirausahaan melaksanakan seminar nasional. Selain itu acara tersebut dalam rangka pengenalan budaya berwirausaha para mahasiswa. Mereka juga mendapatkan bekal pengetahuan serta kemampuan untuk melakukan analisis ekonomi makro yang tajam terkait kondisi perekonomian negara Indonesia jauh ke depan.
“Kami berharap dengan diadakannya acara seminar seperti ini mampu menambah wawasan kita terhadap kondisi perekonomian bangsa, serta mampu membuka mindset berupa _solve problem_ yang mampu mendobrak perekonomian bangsa. Jadilah generasi yang berani mengambil resiko,” kata Kastrat DEMA FEBI, Ajeng Astrid DK.
Seminar ini dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan III Bagian Kemahasiswaan FEBI IAIN Surakarta, Septin Puji Astuti. Seminar Nasional Ekonomi Indonesia dipimpin oleh moderator Dwi Agil Setiawan penyampaian materi seminar oleh Rizal Ramli.
Sosok Rizal Ramli sudah tidak dapat diragukan lagi dengan pemikiran kritisnya terhadap kondisi dan dinamika perekonomian negara. Kepakarannya di bidang ekonomi itu dilandasi oleh adanya semangat *4G* yang bermakna “God Feeling” (meningkatkan kepekaan terhadap tuhannya), “Gesit Otak” (cerdas), namun cerdas saja tidak cukup, oleh karena itu diperlukan “Gesit Tangan” (cakap dalam berbagai bidang) dimana gesit tangan jauh lebih penting, kemudian dilengkapi dengan “Gesit Gaul” (memperbanyak relasi).
Rizal menjelaskan tentang bagaimana progres perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun.
“Kalau kita mengukur kemajuan dari segi historis, tentu ada kemajuan di Indonesia. Tapi apabila dikomparatifkan dengan negara lain, Indonesia itu jauh tertinggal dari negara lain” ucap Rizal Ramli.
Rizal Ramli terus menekankan bagaimana kondisi perekonomian negara yang dapat dikatakan mulai memburuk. Belum lagi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tertinggal. Sementara penyebab tidak majunya pertumbuhan ekonomi adalah dikarenakan ketidakberanian pemerintah dalam mengambil resiko, dan kualitas pendidikan yang ada.
Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri Indonesia era Gusdur memberika beberapa tanggapan terkait tanya jawab peserta seminar. Rizal berpendapat kondisi kementerian negara saat ini menurutnya ada sedikit harapan di kementerian pendidikan. Ada solusi yang lebih baik jika pemerintah menerapkan kebijakan yang berbeda dengan sebelumnya, jika yang dilakukan pengetatan secara terus menerus maka kondisi perekonomian negara akan memburuk dari tahun ke tahun. Contoh negara Yunani yang saat itu perdana menterinya selalu melakukan strategi yang sama hingga akhirnya perekonomian negara Yunani kian merosot.
” Jika pemerintah berani melakukan penarikan pajak kepada perusahaan yang besar seperti batu bara, kelapa sawit, atau pertambangan, maka hal itu akan sedikit menggerakkan perekonomian menjadi lebih baik,” tuturnya.
Faktanya hingga kini kalangan menengah kebawahlah yang saat ini masih dikejar-kejar, sedangkan perusahaan besar malah memberikan pajak yang sedikit.
“Negara yang pemimpinnya berani mengambil risiko itu lebih berhasil dari negera yang biasa-biasa saja. Selain dari keberanian dalam mengambil risiko, kualitas pendidikan juga berpengaruh pada pertumbuhan atau bangkitnya sebuah negara. Oleh sebab itu Sebagai mahasiswa, open minded terhadap perkembangan bangsa itu penting,” ucap Rizal.
Reporter: Aswin Yebelanji/ Kukuh Subekti