SUKOHARJO (Wartamulimin.com) — Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) punya cara tersendiri untuk menangkal penyebaran Faham Syi’ah, Pluralisme, dan Radikalisme. Menurut Rektor UMS, Dr. Sofyan Anif, M.Si, pihaknya memilih pendekatan yang edukatif untuk menangkal penyebaran faham tersebut.
Dr. Sofyan Anif mengatakan, setidaknya UMS sudah memiliki kurikulum pembinaan Al-Islam dan Kemuhammdiyahan. Penjabaran kurikulum ini tidak lepas dari proses pembinaan. Bahkan, pembinaan tidak hanya dilakukan kepada para mahasiswa tapi seluruh civitas akademika UMS.
“Menangkal faham syi’ah, sekulerisme, pluralisme dam radikalisme itu dengan cara menanamkan ideologi dan nilai-nilai kemuhammdiyahan,” ujarnya usai memberikan materi pada Workshop Penanggulangan Faham Syi’ah, Pluralisme dan Radikalisme, di Gedung Induk Siti Walidah, Sabtu (10/3/2018)
Lanjutnya, terkadang mahasiswa tidak mengetahui bahwa ia telah digiring untuk mengamalkan ajaran Syi’ah. Ia pernah menemukan mahasiswa mengerjakan sholat menurut ajaran Syi’ah. Namun mahasiswa itu juga tidak menjustifikasikan dirinya sebagai orang syi’ah.
“Dia tidak tahu yang dilakukannya Syiah atau tidak. Karena memang latar belakang agamanya kurang. Dia baca penjelasan di internet tanpa tau ternyata ulama yang menulis adalah ulama Syi’ah,” tuturnya
Berbeda halnya dengan pluralisme, liberalisme, dan sekulerisme. Kelompok-kelompok ini diakui pasti ada.
Oleh karena itu, pihaknya juga mengoptimalkan keberadaan mentoring agama Islam. Di UMS, mentoring agama Islam diselenggarakan setiap hari Sabtu.
“Mentoring tidak hanya diberikan pada mahasiswa yang mengambil materi Al-Islam dan Kemuhamadiyahan, namun kepada seluruh mahasiswa. Didalam mentoring itu ada instrumen yang dapat kami gunakan sebagai kontrol bagi mahasiswa yang memiliki kecenderunngan pada liberalisme, pluralisme dan sekulerisme,” ungkapnya
Ia menambahkan, selain itu UMS juga memiliki tiga pondok pesantren yang menjadi benteng dari gempuran faham Syi’ah, Pluralisme, Liberalisme, Sekulerisme dan Radikalisme. Yakni, Pondok Pesantren Hj. Nuriyah Sobron, Pesantren Mahasiswa KH. Mas Mansyur dan Ma’had Abu Bakar Ash-Sidiq.
“Itu semua kita jadikan potensi untuk melawan semua faham tadi,” pungkasnya.
Rep : A. Setiyanto / Red : Tori Nuariza