Ekonomi Jamaah dan Kedaulatan Konsumen, Cara Robohkan Kapitalisme

SOLO, (Wartamuslimin.com) — Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak menegaskan bahwa salah satu cara untuk merobohkan kapitalisme, adalah dengan membangun kedaulatan konsumen dan sistem ekonomi tertutup yang didasarkan pada kekuatan jamaah, demikian tuturnya saat ditemui Warta Muslimin di pendopo rumah dinas Wakil Walikota Solo, Ahad malam (23/4).

Saat ini perlu dibangun gerakan ekonomi umat, sementara itu bentuk gerakan ekonomi umat tidak harus berangkat dari penguatan modal. Yang paling pokok adalah membangun kedaulatan konsumen.

“Konsumen yang berdaulat, pasti memilih produk dan komoditi yang dia beli dari produsen umat itu sendiri, nah kita bisa mulai dari itu”.

“Kapitalisme bisa kita robohkan dengan cara itu,” tegasnya.

Menurutnya, cara ini cukup efektif melawan kapitalisme. Sebab kekuatan kapitalisme terletak pada pasar. Padahal, di Indonesia umat muslim merupakan konsumen terbesar.

“Kalau Anda memutuskan untuk tidak membeli dari produsen A misalnya, karena tidak berpihak pada umat Islam, apakah kemudian dia bisa bertahan di Indonesia?, maka kuncinya ada pada konsumen berdaulat”

Lebih lanjut Dahnil menjelaskan, “Kasus boikot Sari Roti contohnya. Umat Islam harus menjadi konsumen berdaulat, cerdas dalam memilih dan membeli. Jika komoditas uang dihasilkan oleh produsen tidak sesuai dengan visi umat Islam tidak perlu dibeli,” jelasnya.

Selain itu, tutur Dahnil, perlu ada penguatan ekonomi umat dengan membangun sistem ekonomi tertutup.

Sistem ekonomi tertutup didasarkan pada kekuatan jamaah.

“Umat Islam saling melakukan transaksi, membeli komoditas di internal umat Islam. Ironisnya selama ini umat Islam tidak sadar dengan kekuatan ekonomi yang dimiliki,” imbuhnya.

Dahnil menegaskan, untuk membangun ekonomi umat Islam, harus dimulai dengan membangun kesadaran kolektif akan pentingnya mengembangkan sistem ekonomi tertutup dengan kekuatan jamaah.

Disamping itu, kesadaran untuk menjadi konsumen berdaulat harus dibangun. “Jika hal ini dilakukan, pasti akan memilih komoditas dari umat islam,” pungkasnya.[NZ]