KARANGANYAR, (Wartamuslimin.com) — Aktivis dakwah Islam baik itu di dunia akademis atau di kehidupan masyarakat sama-sama menghadapi tantangan budaya populer. Budaya populer yang muncul melalui lagu dan film pada zaman now membawa dua virus berbahaya yang berupa liberalisme dan permisivisme.
Pemuda muslim ialah dambaan umat, sumbangsihnya kepada umat bangsa dan negara sangat diharapkan. Membekali mereka dengan nilai-nilai ke-Islaman menjadi faktor penentu keberhasilan suatu peradaban. Pemuda muslim Indonesia pun memikul tugas membangun peradaban bangsanya dengan dilandasi akhlak yang baik, terutama ilmu agama.
“Anak muda yang suka nonton film khususnya film barat yang tanpa ngaji biasanya dia tanpa filter dalam menontonnya, dan ini jika dibiarkan akan menjadi bom waktu” ujar Peneliti Institute for the of Islamic Though and Civilizations (INSIST), Dr. Tiar Anwar Bachtiar dihadapan ratusan pemuda muslim Karangannyar, peserta kajian INSPIRASI Masjid Agung Karanganyar, pada Sabtu (29/9).
Perilaku amoral seperti seks bebas, senang berzina yang dilakukan oleh kebanyakan pemuda dilatar belakangi oleh nilai- nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat liberal. Film dan lagu seolah-olah menjadi faktor pendorong bahwa perilaku hidup liberal yang cenderung amoral itu membuat mereka akhirnya bersikap permisif atau serba boleh. Parahnya keberadaan dua virus berbahaya (liberalisme dan permisivisme- Red) ini semakin distimulan oleh keberadaan media sosial.
Fakta yang muncul di permukaan pun menunjukkan jika jumlah pemuda yang mengikuti pengajian dan yang menonton film atau konser pasti lebih banyak yang menonton film dan konser.
Anehnya, stigma yang muncul justru menyebutkan jika pemuda yang mengaji menjadi ancaman bangsa dengan stereotipe sebagai kaum radikalis, dan intoleran. Padahal keberadaan mereka yang melakukan tindakan amoral seperti perilaku zina, suka minum-minuman keras justru lebih membahayakan karena menjadi penyebab munculnya perilaku homoseksual yang berakibat fatal pada merebaknya virus HIV AIDS.
“Saya rasa tidak ada yang berani melalukan riset terhadap orang mengaji yang menjadi penyebab kerusakan bangsa, hal- hal yang baik dicurigai dengan isu radikalisme, intoleransi kenapa nggak kampanye anti seks bebas?” ungkap Tiar Anwar.
Dakwah sebagai kegiatan mengajak orang pada kebaikan merupakan tanggung jawab setiap muslim. Dengan mengajak kepada kebaikan pada orang lain minimal kita menjadi termotivasi untuk mempraktikkan lebih dahulu daripada orang yang kita ajak. Setiap manusia pada dasarnya punya potensi untuk menjadi orang baik yang tidak tetsesat, karena satu- satunya makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang ditakdirkan menjadi golongan tersesat hanya iblis.
“Berdakwah pun membutuhkan komunikasi yang baik dengan objek dakwah, misalnya ada ustadz lulusan timur tengah ketika ingin berdakwah di tengah anak muda yang belum hijrah dia merubah kostum dakwahnya dengan kaos dan celana jins berlubang yang berbeda dari yang seharusnya. Baru setelah mereka mengenal Islam diajak ke masjid dan mengaji fikih misalnya”, jelas Tiar.
Rep : Kukuh Subekti / Red : Tori Nuariza