YOGYAKARTA, (Wartamuslimin.com) — Mantan Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dr. Din Syamsuddin mengingatkan perlunya pembaharuan dalam kegiatan dakwah tanwir atau pencerahan di tubuh Muhammadiyah. Khususnya, dakwah di era milenial kepada generasi milenial yang harus disesuaikan dengan kecenderungan milenial.
Din Syamsudin yang hadir dalam rangka tabligh akbar pada serangkaian kegiatan Muhammadiyah Jogja Expo (MJE) yang berlangsung di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu mengingatkan kembali sejarah kelahiran Muhammadiyah.
Muhammadiyah lahir sebagai gerakan tanwir yang membawa pencerahan bagi umat dan bangsa. Era milenial ialah era terbukanya akses informasi dengan mudah, selain itu generasi milenial memiliki kecenderungan untuk selalu terhubung dengan orang lain.
“Era milenial yang serba terbuka, serba praktis, sangat mengandalkan teknologi informasi, dengan keanekaragaman model- model aplikasi, ada sisi positif & negatif, misal kitab-kitab hadist bisa kita dapatkan cukup dengan aplikasi, sisi negatif misal keberadaan grup WA bisa menjalin silaturahmi namun ada pula pihak yang menyalahgunakan” ujar Din Syamsudin dihadapan ribuan kader Muhammadiyah peserta Tabligh Akbar Muhammadiyah Jogja Expo (MJE), pada Jum’at (05/10) malam.
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat ini juga mengingatkan kepada para kader bahwa tantangan dakwah di era milenial ini sangat besar diantaranya keberadaan thagut-thagut yang bisa saja merusak, mengganggu sistem dakwah Muhammadiyah.
Thagut Ekonomi
Lebih lanjut, menurut Din, diantara thagut-thagut itu ialah thagut ekonomi yang nantinya akan melahirkan kekerasan kapital atau capital violence sementara dalam hal kekuasaan politik akan memunculkan state violence. Kedua kekerasan ini memiliki dampak yang lebih berbahaya daripada kekerasan fisik yang sering didengar oleh kita semua.
“Thagut itu bisa dalam bentuk thagut politik dengan pemerintahan yang dzalim, diktator, dan otoriter, yang menghalalkan segala cara, baik untuk berkuasa atau mempertahankan kekuasaan sementara thagut ekonomi, mereka kaum kapitalis, kaum pemodal, penguasa, konglomerat, yang kemudian mengumpulkan harta, dengan harta bendanya mereka melakukan kekerasan” jelasnya.
Khittah Muhamamdiyah
Kader Muhammadiyah diharapkan membawa nilai-nilai Muhammadiyah, sehingga dia tampil menjadi seorang mukmin yang kuat dan percaya diri. Karena dia yakin bahwa hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang paling berkuasa.
Din menekankan pentingnya menjaga khittah Muhammadiyah yakni menjaga kemandirian dan kepercayaan dirinya, bahwa sekali Muhammadiyah bertekuk lutut pada kekuasaan maka itulah awal dari sebuah kelumpuhan umat dan bangsa.
Kemandirian ini lah yang membuat posisioning Muhammadiyah di tengah-tengah umat mendapat apresiasi dari berbagai pihak baik dalam dan luar negeri salah satunya dari Presiden Jokowi.
Meskipun demikian tidak berarti semata-mata Muhammadiyah mendapatkan dukungan berarti dari pemerintahan. Terbukti masih adanya hambatan bagi Muhammadiyah dalam rangka peran aktifnya mencerdaskan kehidupan umat dan bangsa, Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dihalang-halangi untuk membuka dan menambah program studi baru.
“Saya memutuskan mengundurkan diri dari utusan khusus presiden dalam dialog dan kerjasama antar agama dan peradaban setelah beliau (Presiden Jokowi -Red) ditetapkan sebagai calon presiden, salah satu alasannya adalah karena menjaga Khitthah Muhammadiyah untuk tidak terlibat dalam politik praktik kekuasaan ditambah suasana kebatinan warga Muhamadiyah yang sedang merasa kecewa karena ada pejabat yang menghambat dakwah Muhammadiyah” jelasnya.
Diakhir ceramahnya dia berpesan kepada para kader Muhammadiyah untuk tetap cerdas dalam berpolitik, harus tetap ada literasi politik sehingga dapat dengan tenang menyongsong pesta demokrasi yang akan berlangsung beberapa bulan lagi.
Menurutnya, Umat semestinya memilih pemimpin yang berpihak pada kepentingan umat Islam karena barang siapa yang tidak memperhatikan kepentingan umat Islam bukan termasuk dari kita (mukmin-Red). Secara tersirat dia memang tidak menganjurkan kepada para kader untuk memilih siapa calon presidennya, namun dengan tegas dia mengatakan bahwa cukuplah bagi orang cerdas itu isyarat.
Rep : Kukuh Subekti / Red : Tori Nuariza