Walau Tak Dukung Khilafah, TGB: Bakar Bendera Perbuatan Tercela

LOMBOK, (Wartamuslimin.com) — Ulama Nahdatul Wathon (NW), Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi, ikut angkat bicara soal aksi pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid oleh anggota GP Ansor (Nahdlatul Ulama) di Garut pada Sabtu (20/10).

TGB menyebut dirinya sebagai muslim yang cinta NKRI dan menolak gagasan khilafah yang diusung HTI. Namun, TGB menentang alasan anggota Banser membakar bendera bertuliskan kalimat tauhid yang dianggap sebagai bendera HTI.

“Saya tidak mendukung ide khilafah. Saya meyakini, Islam tidak memerintahkan satu sistem pemerintahan tertentu, namun memberi panduan nilai-nilai mulia yang harus terwujud dalam sistem apa pun,” kata TGB melalui Instagramnya, Selasa (23/10).

Menurutnya, sistem republik demokratis yang disepakati dalam NKRI tak kalah valid dan sahnya dibanding sistem khilafah. Karena nilai-nilai dasar yang diperjuangkan Islam telah ada, utamanya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, syura dan keadilan.

“Tinggal bagaimana kita mengimplementasikan niali-nilai itu dalam kehidupan berbangsa,” lanjutnya.

Bagi TGB, NKRI adalah maslahat nyata, sedangkan khilafah adalah maslahat prediktif. Ada kaidah yang mengatakan, al-maslahah al-mutahaqqiqah an-naajizah muqaddamah ‘alal maslahah al-mustaqbalah al-marjuhah. Maslahat nyata, jelas dan telah terwujud, didahulukan di atas maslahat prediktif yang belum terwujud.

“Namun, cinta NKRI adalah satu hal, sedangkan membakar bendera yang bertuliskan kalimat tauhid adalah hal lain,” kata TGB.

Bagi saya, perbuatan (membakar bendera) itu bisa menimbulkan fitnah antarkita. Kalau tidak setuju, lipat dengan takzim dan serahkan kepada aparat.

TGB menuturkan, perilaku tercela menggunakan kalimat tauhid untuk tujuan kekuasaan, tidak boleh menyebabkan kita ikut melakukan perbuatan tercela. “Segala anarkisme akan menghilangkan keadaban publik. Tahan diri, perbanyak silaturahmi,” kata TGB.

Dia menambahkan, kalimat tauhid adalah persaksian umat manusia di dunia dan akhirat. Dalam kalimat tauhid ada dua asma termulia. Asma Allah tujuan manusia kembali, dan asma Rasul yang syafaatnya diharapkan nanti.

“Muliakan asma-asma itu dengan tidak menjadikannya tameng mencari kekuasaan,” pungkasnya.

Sumber : Kumparan