Milad ke-106, PP Muhammadiyah Canangkan Gerakan “Ta’awun”

SOLO, (Wartamuslimin.com) — Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahad (18/11) malam lalu menggelar Resepsi Milad Muhammadiyah ke-106 di Pura Mangkunegaran, Solo. Indonesia saat ini tengah diuji berbagai macam musibah bencana alam, persoalan keumatan dan kebangsaan. Oleh karena itu, melalui Milad 106 ini, Pimpinan Pusat Muhammadiyah berkomitmen mencanangkan Gerakan Ta’awun.

Gerakan ini berupa semangat tolong menolong, kerjasama, dan membangun kebersamaan di tubuh umat dan bangsa agar Indonesia menjadi negeri yang Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr.Haedar Nashir dalam pidato Milad ke-106 menegaskan semangat gerakan Ta’awun pada ribuan peserta di Pura Mangkunegaran Solo.

“Melalui tema tersebut Muhammadiyah membawa pesan kepada seluruh komponen bangsa termasuk pemerintah dan kekuatan politik nasional agar secara kolektif mengerahkan segala daya dalam mengelorakan semangat kemitraan dan tindakan nyata untuk saling menolong dan kerja sama untuk kebaikan, kemaslahatan, dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia,” ujar Haedar Nashir.

Menurutnya, selain saling tolong-menolong, sikap ta’awun juga mencegah segala bentuk kerja sama dan konspirasi dalam dosa dan keburukan. Ia menambahkan bahwa Islam menunjung tinggi nilai tolong-menolong antara manusia. Termasuk di dalamnya kerja sama dalam toleransi yang membawa kemaslahatan hidup bersama.

“Dalam bernahi mungkar harus ditunaikan dengan cara yang makruf dan baik. Bahwa keburukan jangan dibalas dengan keburukan yang serupa,” tutur Haedar.

Haedar menuturkan semangat ta’awun bisa diejawantahkan dalam bentuk menolong saudara-saudara se-Tanah Air yang terkena bencana seperti di Sulawesi Tengah dan NTB belakangan.

Muhammadiyah akan meluncurkan program-program penanggulangan dan akselerasi daerah-daerah tersebut. Selain itu, kata dia, sikap praktis ta’awun lainnya yaitu mencegah keretakan dan konflik yang meluas akibat perbedaan pada tahun politik ini.

“Semangat ukhuwah dan gotong royong itu niscaya terus disebarluaskan. Ukurannya adalah ketika terdapat peberbdaan pandangan dan kepentingan satu sama lain mau saling berkorban dan berbagi, bukan saling mengutamakan kepentingan dna mau menang sendiri,” tandasnya.

Gerakan Ta’awun untuk Negeri, kata Haedar, juga menggelorakan pemberdayaan warga yang lemah. Menurut Haedar, jika satu persen golongan di negeri ini menguasai mayoritas kekayaan, maka hal itu adalah sumber utama kesenjangan ekonomi yang harus dipotong mata rantainya secara sistemik. Ia menekankan, di Indonesia tidak boleh kelompok-kelompok dan tangan perkasa dibiarkan menguasai hajat hidup bangsa dan negara.

Selain itu, gerakan Ta’awun untuk Negeri juga dapat melalui dialog pikiran atas persoalan bangsa seperti radikalisme dan intoleransi.

“Jangan jadikan masalah-masalah tersebut sebagai proyek dan komoditas karena akan kehilangan objektivitas dalam menyusun format pemikiran dan strategi penyelesaian masalah secara sistemik dan menyeluruh, bukan penyelesaian masalah secara instan dan parsial,” ungkap Haedar.

Tiga Dimensi Gerakan Ta’awun

Sementara itu, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Dr. Abdul Mu’ti menjelaskan tiga dimensi gerakan Ta’awun yakni gerakan sosial kemanusiaan, gerakan pencerdasan bangsa, gerakan solidaritas dalam mengawal kebijakan.

“Tadi Pak Haedar menyampaikan bahwa gerakan taawun itu tidak terbatas pada mereka yang tertimpa musibah tetapi juga kepedulian kita untuk menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan, sekaligus juga kepekaan kita terhadap situasi dan kondis yang sekarang ini terjadi,” pungkasnya saat ditemui usai resepsi Milad Muhammadiyah ke-106 di Pura Mangkunegaran, Ahad (18/11) malam.

“Gerakan Ta’awun ini ada tiga dimensi, pertama gerakan Ta’awun yang berbasis bantuan sosial kemanusiaan, dimana kita memberikan bantuan dana bantuan-bantuan sosial untuk mereka yang tertimpa musibah khususnya di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah,” paparnya.

“Yang kedua, Kepedulian sosial dan gerakan Ta’awun yang berkaitan dengan bagaimana kita melakukan gerakan-gerakan pencerdasan bangsa dalam bentuk, misalnya membangun kesadaran pemikiran dan kesadaran kolektif tentang pentingnya kita membina wawasan dan membina keterbukaan sehingga tidak tercipta gesekan-gesekan atau perilaku lain yang bisa menimbulkan perpecahan,” jelasnya.

“Nah yang ketiga, solidaritas dalam bidang-bidang yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan. Ini penting kerjasama lintas partai, kerjasama berbagai elemen bangsa untuk menyeleseikan masalah-masalah ini, tidak hanya melalui aksi-aksi yang bersifat praksis bantuan sosial, tetapi juga dalam bentuk regulasi-regulasi yang dapat menjamin terciptanya keadilan sosial dan ta’awun diantara berbagai kekuatan dan elemen bangsa, tandasnya.”

Muhammadiyah dalam konteks keumatan dan kebangsaan, bahkan dalam konteks kemanusiaan universal terus menggelorakan praksis Islam, yakni nilai-nilai Islam yang mewujudkan dalam program-program kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan usaha-usaha pemberdayaan yang benar-benar membawa pada perubahan. Praksis Islam yang dihadirkan Muhammadiyah selain menggunakan alam pikiran Islam berkemajuan, juga diusung oleh pranata sosial yang modern.

Solo Bernilai Historis

Kota Solo dinilai bersejarah bagi perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah. “Dulu tahun 1985 juga di selenggarakan Mukhtamar Surakarta (Solo) menetapkan Pancasila sebagai asas dari Muhammdiyah, oleh karena itu kota ini sangat bersejarah. Selain itu, karena Muhammdiyah akan menyelenggarakan Mukhtamar tahun 2020 mendatang,” pungkas Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Dr. H Dadang Kahmad, M.SI.

Milad Muhammadiyah ke-106 kali ini mengambil tema Ta’awun untuk Negeri. Tema ini diambil lantaran tahun ini dinilai sebagai tahun kesediaan. Bencana menimpa bangsa Indonesia secara bertubi-tubi. Bencana gempa bumi, tsunami banjir, longsor hingga jatuhnya pesawat Lion Air JT- 610 yang menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat.

“Oleh karena itu milad tahun ini bukan milad yg bergembira ria, tapi justru mencanangkan bagaimana berkontribusi bagi saudara kita yang tertimpa musibah,” imbuhnya.

Sebagai organisasi dakwah dan sosial, Muhammadiyah meneruskan asas perjuangan sebagai Penolong Kesengsaraan Oemmat (PKO). Muhammadiyah telah melaksanakan serangkaian program kemanusiaan. Antara lain mendirikan 661 unit hunian sementa untuk korban bencana gempa di Lombok dan sumbawa, penyaluran air bersih untuk 3.550 jiwa, layanan psikososial kepada 13.374 jiwa, layanan kesehatan kepada 11.153 jiwa dan distribusi logistik untuk 6.217 jiwa.

Sedangkan, untuk Bencana  Tsunami dan Gempa Bumi di Palu, dan Donggala Muhammadiyah telah mendirikan 1.228 unit hunian, penyaluran air bersih dan sanitasi untuk 2.570 jiwa, layanan psikososial bagi 10.359 jiwa, layanan kesehatan kepada 6.282 jiwa dan distribusi logistik untuk 29. 384 jiwa.

Di sisi lain, puncak perayaan milad Muhammadiyah ke-106 juga menganugerahkan award kepada Wakil Presiden RI- H.  Jusuf Kalla (JK). JK dipilih sebab dinilai telah banyak berkiprah untuk bangsa.

“Kita tau beliau anggota piawai dalam penyelesaian konflik, selain itu juga dekat dengan Muhammadiyah,” ungkapnya

KH. Subari mengungkapkan, digelarnya Resepsi Milad Muhammadiyah ke-106 digelar di kawasan Mangkunegaran juga tidak lepas dari sisi historis. Sri Paduka Mangkunegoro ke-7 dan ke-8 memiliki andil bagi pendidikan Muhammadiyah. SD Muhammadiyah 1 Surakarta, SMA Muhammadiyah 1 Surakarta dan SMK Muhammadiyah 2 Surakarta. Ketiganya berdiri di tanah Mangkunegaran.

“Yang juga tidak bisa dilupakan sebagai generasi penerus Muhammadiyah, bawa KH. Ahmad Dahlan terinspirasi Mendirikan kepanduan Hizbul Wathan dari halaman Puro Mangkunegaran. Kini Hizbul Wathan telah berusia 100 tahun, banyak oemimy bangsa yang lahir dari HW, salah satunya adalah Jendral Sudirman,” tutur KH. Subari

Selain itu, kota Solo juga sangat istimewa dalam sejarah perkembangan Muhammadiyah. Persyarikatan Muhammadiyah di Solo langsung didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan. Bahkan sebelum berdirinya Muhammadiyah diluar kota Jogjakarta.

“Maka ormas di Solo ini disini disebut sifat nabi Muhammad, Sidiq Amanah Tabligh, Vatonah (SATV), itulah keistimewaan kota Solo dalam sejarah Muhammadiyah,” tandas KH. Subari.

KH. Subari selaku Ketua Panitia Milad Muhammadiyah ke-106 mengatakan, resepsi Milad Muhammadiyah di Solo turut ditopang oleh Pimpinan Daerah Muhammdiyah se-Soloraya dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Red: Tori Nuariza