Panglima TNI : “Kiai dan Santri Berperan Penting dalam Kemerdekaan”

Panglima TNI Gatot Nurmantyo (kiri) bersama KSAD Jenderal TNI Mulyono (kedua kiri), KSAL Laksama TNI Ade Supandi (kedua kanan) dan KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kanan) memanjatkan doa di pusara makam Presiden RI ke-1 Soekarno di Blitar, Jawa Timur, Senin (18/9).

JOMBANG, (Wartamuslimin.com) — Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengajak seluruh jajaran TNI untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan dengan mengembangkan tradisi ziarah.

Diinisiasi sejak tahun lalu, Jenderal Gatot menggelar kegiatan ziarah tersebut dalam rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) TNI, yang kali ini memasuki tahun ke-72.

Jenderal Gatot Nurmantyo didampingi seluruh Panglima Komando Utama (Pangkotama), Ia beserta jajarannya berziarah ke makam Ir. Soekarno di Kelurahan Bendogerit, Blitar, dan KH. Abdurrahman Wahid di Pesantren Tebuireng, Jombang, Senin (18/9).

“Kami mentradisikan ziarah ke makam para mantan Presiden Republik Indonesia yang merupakan Panglima Tertinggi TNI dan juga Jenderal Soedirman,” terang pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah ini, dilansir dari Republika Online.

Ziarah tersebut, menurutnya, dimaksudkan untuk mengingatkan para prajurit agar mencontoh jiwa juang yang diwariskan oleh para pahlawan. “Kita juga berdoa agar beliau semua menjadi pahlawan dan syuhada,” tegasnya.

Saat ditemui wartawan di Pesantren Tebuireng, Panglima TNI mengingatkan bahwa selain makam Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), di tempat itu juga terdapat makam KH. Hasyim Asy’ari yang sangat berjasa kepada Republik Indonesia.

“Saat mendapatkan informasi bahwa sekutu akan mendarat di Surabaya, Pak Dirman melapor kepada Bung Karno dan meminta solusi kepada Kiai Hasyim. Kiai Hasyim tidak langsung menjawab, tapi beliau shalat istikharah dulu. Lalu ditetapkanlah fatwa (Resolusi) Jihad”, pungkas mantan Pangkostrad ini.

Saat itu, Gatot menuturkan, semua alumni Pesantren Tebuireng yang sudah menyebar di berbagai daerah dan berjumlah sekitar 20 ribuan orang, datang lagi dan berkumpul untuk bersama-sama melakukan perlawanan terhadap sekutu.

Perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Kiai Abbas dari Buntet, Jawa Barat, atas perintah Kiai Hasyim, berlangsung pada 10 November 1945 dan dikenal sebagai Hari Pahlawan.

“Seharusnya serangan dilakukan pada 9 November. Tapi Kiai Hasyim meminta semuanya menunggu kedatangan Singa dari Jawa Barat (julukan untuk Kiai Abbas),” ungkap Gatot.

Pria yang juga pernah menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini mengingatkan, bahwa jasa kaum santri dan kiai dalam perjuangan kemerdekaan sangatlah besar.

“Sebagai Panglima TNI, saya ingatkan, yang membunuh Jenderal Mallaby bukan TNI. Yang membunuh (Mallaby) itu santri. Yang menurunkan bendera (Belanda) di Hotel Orange juga santri, bukan TNI,” tegasnya.

Karena itu, menurut Gatot, tema HUT ke-72 TNI kali ini adalah “Bersama Rakyat, TNI Kuat”. “Karena memang sejarahnya seperti itu,” paparnya menegaskan.

Dalam kunjungan ziarah tersebut, Gatot juga didampingi oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Wakil Bupati Jombang Mundjidah Wahab.

Kehadiran Panglima TNI dan seluruh jajaran Pangkotama disambut oleh Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz dan Ketua Majelis Keluarga Tebuireng KH Mohammad Hasyim Karim.Tampak hadir juga adik kandung Gus Dur Hj. Lily Wahid dan seluruh keluarga besar Pesantren Tebuireng.[NZ]