Propaganda Surat Kabar!, Perlawanan Kritis Sarekat Islam (SI) Terhadap Belanda 1912-1915
Adhtyawan Suharto*
Pemikiran radikal untuk melawan penjajahan sudah mulai tumbuh sejak munculnya perhimpunan modern di Hindia Belanda. Di pulau Jawa sendiri pemikiran untuk melepaskan diri dari tangan kolonialisme tumbuh subur di Surakarta bersamaan dengan berdirinya Sarekat Islam. Cara-cara modern seperti vergadering, kongres, serta penerbitan surat kabar mulai muncul dimana-mana mulai pada tahun 1912. Sarekat Islam merupakan perhimpunan yang menggunakan sistem penyebaran organisasi dengan cara propaganda surat kabar, alhasil di berbagai daerah tumbuh subur media surat kabar yang ditulis langsung oleh anak bangsa Hindia Belanda. Surat kabar tersebut seperti Kaoem Moeda (Bandung), Sarotomo (Surakarta), Doenia Bergerak (Surakarta), Sinar Djawa (Semarang), Pantjaran Warta (Batavia), dll.
Lahirnya surat kabar di kalangan anak bangsa Hindia Belanda secara langsung telah menimbulkan kekhawatiran bagi Pemerintah Belanda akan tumbuhnya pemikiran modern di kalangan kaum Muslimin. Salah satu kegiatan yang cukup gencar dilakukan oleh aktivis SI Surakarta adalah mengkritisi pemerintah melalui tulisan-tulisan di surat kabar. Aktor utama yang menggerakan serangan tulisan untuk mengkritisi pemerintah adalah Marco Kartodikromo yang kemudian berhasil mendidik Haji Misbach dan Sosrokoernio dalam surat kabar Sarotomo. Aksi yang cukup fenomenal dan tersiar di surat kabar Modern adalah peristiwa Marco menghina para Ambntenaar dan mencela Dr. D.A Rinkes selaku penasehat Bumiputera Hindia Belanda. Setelah itu diikuti Sosroekornio Sekretaris SI Surakarta sekaligus redaktur Sarotomo yang mulai mencela para aktivis yang tunduk pada pemerintah. Gelombang kritik pedas pada pemerintah ini kemudian berlanjut ketika lahirnya surat kabar Doenia Bergerak di Surakarta yang terbit dengan bahasa culas dan pedas dalam mengejek pemerintah. Alhasil kemudian aktivis SI Surakarta di boikot oleh pemerintah, dan Haji Samanhudi mendapat surat peringatan dari Dr. Rinkes untuk segera menghentikan kegiatan surat kabar Sarotomo.
Selain di Surakarta, kegiatan radikal juga dilakukan di Semarang oleh Mochammad Joesoef selaku Ketua SI Semarang melalui surat kabar Sinar Djawa. Pada tanggal 15 Maret 1914 diadakan vergadering besar di Semarang dengan menghadirkan berbagai perhimpunan organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Daroel Asiki, Ikhwanul Muslimin,dan Sarekat Islam. Dengan rasa khawatir bahwa Kaum Muslimin akan merebut kekuatan Hindia Belanda, Dr. Rinkes mulai terjun menghadiri vergadering Semarang dan melakukan diplomasi dengan petinggi SI termasuk Tjokroaminoto dan Mochammad Joesoef. Dr. Rinkes sangat khawatir dengan banyaknya vergadering dan terbitnya surat kabar milik anak bangsa Hindia Belanda di tanah Jawa.
Pada bulan Januari 1915 Haji Misbach yang sudah banyak belajar menulis dalam Indlandsche Journalisten Bond (IJB) kemudian mendirikan surat kabar Islam Medan Moeslimin. Pemikiran yang melatarbelakangi Haji Misbach untuk menerbitkan Medan Moeslimin adalah munculnya tulisan dari sahabatnya Sosroekornio dalam Doenia Bergerak No.26 yang berjudul Sifat Matoer Wantah. Dalam artikel tersebut Sosrokoernio berpesan bahwa Kaum Muslimin wajib memiliki sifat ‘Matur Wantah’ yakni sikap yang meluapkan perasaan jati dirinya dalam tulisan maupun pikiran. Selain tulisan dari Sosrokoernio Haji Misbach juga terinspirasi oleh pesan Marco bahwa syarat untuk menjadi jurnalis muslim harus memiki sifat berani mati untuk agama Islam. Haji Misbach terus menyebarkan Medan Moeslimin yang berisi tentang tata cara Sholat, Puasa, Haji, Zakat dan masalah-masalah kehidupan Kaum Muslimin. Tidak Sampai 6 bulan terbit Oplah Medan Moeslimin langsung tersebar ke Timur Tengah dengan bantuan Consulat Jenderal Turki Tuan Refet Bey di Weltevreden. Melihat Haji Misbach berhasil mengambil hati Kaum Muslimin, Dr. Rinkes dibantu oleh D.K Ardiwinata mulai memenuhi kolom Medan Moeslimin dengan pendapat dan pemikiran mereka untuk mengambil simpatik kaum Muslimin. Dr. Rinkes kemudian ikut-ikutan untuk mendirikan Komite Haji di Weltevreden Kramat No. 41 kediaman D.K Ardiwinata.
Aksi kritik dalam surat kabar juga sudah muncul di Batavia dalam surat kabar Pantjaran Warta milik Goenawan seorang pendiri SI Batavia. Pada tahun 1912 Goenawan membeli perusahaan Pantjaran Warta milik seorang cina bernama Thio Tjan Pie dan mengubah haluan menjadi surat kabar Islam. Melalui Pantjaran Warta tersebut Goenawan berhadapan dengan pemerintah dan Kaum Cina Batavia yang menjadi relawan pemerintah Belanda di Weltevreden. Kaum Cina memfitnah Goenawan akan menggulingkan tahta Gubernur Jenderal dan melarang Kaum Muslimin untuk bergabung SI Batavia. Goenawan kemudian melancarkan serangan dengan menyebut Kaum Cina telah kemasukan racun “Clorus Calicus” dan telah menjadi budak Gubernur Jenderal. Surat kabar Pantjaran Warta lahir sebagai media informasi kaum Muslimin dan menjadi underbow SI Batavia.
Goenawan kemudian juga berhasil mempengaruhi Abdoel Moeis seorang pendiri SI Bandung yang kemudian mendirikan surat kabar Kaoem Moeda. Abdoel Moeis sebelum menjadi aktivis Muslim adalah seorang Nasionalis-Radikal yang berjuang bersama Soewardi Suryaningrat dalam Komite Bumiputera Bandung. Sebelum menjadi aktivis SI Bandung, Abdoel Moeis merupakan seorang yang mendukung tulisan Soewardi berjudul “als ik een Nederlander Was” yang akhirnya berujung pada pembubaran Komite Bumiputera di Bandung. Dengan bantuan Dr. Tjipro, Abdoel Moeis berhasil merintis surat kabar Kaoem Moeda yang menjadi underbow SI Bandung. Pemikiran Abdoel Moeis mulai terdengar ketika dirinya bersama perusahaan N.V Kaoem Moeda merintis pendirikan sekolah calon Guru Agama Islam, yang kemudian berhasil mempengaruhi Tjokroaminoto untuk mendirikan sekolah-sekolah Islam di berbagai daerah atas nama Central Sarekat Islam (CSI). Selain itu Abdoel Moeis adalah pelopor pendirian Komite Haji di Mekkah ketika terjadi pemboikotan jemaah Haji asal Hindia Belanda di kota Hijaz.
Sampai pada tahun 1915 geliat dunia persurat kabaran telah meningkat tajam, terutama surat kabar underbow SI yang sudah tumbuh subur di era tersebut. Namun demikian pemerintah mulai merasa gelisah dengan munculnya N.V surat kabar yang tidak memiliki izin dan langsung saja menjadi media favorit anak bangsa Hindia. Oleh karena hal itu Pemerintah mulai memberlakukan kembali Pasal 154 dan 156 tentang tata cara berpendapat dalam pemikiran maupun tulisan. Korban pertama dari Pasal 154 dan 156 adalah Marco Kartodikromo yang diadu domba pemerintah dengan Drukkerij Insulinde Bandung. Surat kabar Doenia Bergerak milik Marco ditahan oleh pihak Insulinde dan menagih hutang-hutang Marco bersama dengan surat kabar Sarotomo milik Haji Samanhudi. Marco terlilit hutang sebesar f 500 dan diancam dipenjara karena sudah menyebarkan tulisan radikal milik Dr. Tjipto. Bersamaan dengan hutang dan ancaman dari Drukkerij Insulinde Bandung, surat kabar Doenia Bergerak kemudian bangkrut dan Marco dibuang ke Belanda. Pemerintah kemudian mulai menyebarkan edaran tentang pasal 154 dan 156 di berbagai surat kabar sekuler seperti Neraca, Bandoengsche Nieuwsblad, De locomotief , Preanger Bode, dll.
*Adhytiawan Suharto merupakan peneliti Studi Wawasan Islam (SWI) bidang Sejarah dan Pergerakan. Ia merupakan lulusan S1 jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta
Referensi
1. “Doenia Bergerak Marco Pro Of Contra Dr.Rinkes”, Sinar Djawa, 10 Februari 1914 , lihat juga Marco kartodikromo, “ Pro Of Contra Dr.Rinkes, Doenia Bergerak No.1 1914, hlm 3-8
2. Sosrokoernio, “ D.B Contra O.H atau D.B Pemejoet O.H Kah ? “, Doenia Bergerak, 16 Mei 1914
3. Bahasa Culas Marco yang menghina para ambntenaar dengan sebutan ‘Si Djilat Pantat’ lihat Marco Kartodikromo,” Tjis Tra’ Maloe !!”, Doenia Bergerak, Tahun 1914 No.2 hlm 3.5
4. Ancaman Dr. Rinkes kepada Haji Samanhudi Dr. Rinkes ,” Menoendjoekan Kekeliroean”, Weltevreden 1 November 1913
5. “15 Maart 1914 Algemeene vergadering Sarekat Islam Afdeling Semarang”, Sinar Djawa, 16 Maret 1914. Berita yang sama juga dapat lihat dalam “Alg.Verg. S.I Semarang”, Darmo Kondo, 18 Maret 1914
6. Sosrokoernio, “M.T.W.T Matoero Wantah”, Doenia Bergerak, 6 September 1914 No.2
7. Marco Kartodikromo, “ Pendaholoean”, Medan Moeslimin I,Tahun 1915 hlm.12
8. Consulat Generaal Ottoman, “Hal Djamaah Hadji Di Mekkah”, Medan Moeslimin I, Tahun 1915 hlm.116
9. Dr. Rinkes, “ Chabar Perloe”, Medan Moeslimin I, Tahun 1915 hlm 90. Artikel yang dari D.K Ardiwinata lihat dalam “Kabar Perloe” , Darmo Kondo, 23 Juni 1915
10. F.L Rutgers., Idenburg En De Sarekat Islam In 1913 ( Amsterdam: Noord-Hollandsche Uitgevers Maatschappij, 1939), hlm.40-59
11. Goenawan, “Peringatan”, Pantjaran Warta, 22 Desember 1913
12. Seri Opini Abdoel Moeid Tentara Pendirian Sekolah Calon Guru Agama Islam Lihat dalam Abdoel Moeis, “ Pemandangan Dalam Congres SI Di Soerabaja”, Kaoem Moeda, 12 Juli- 15 Juli 1915
13. “ Derma Hadji”, Kaoem Moeda , 8 Juli 1915
14. “ Marco Contra Drukkerij Insulinde”, Kaoem Moeda, 5 Maret 1915
15. Marco Kartodikoromo, “Siapakah Ini Jang Salah ?”, Kaoem Moeda, 5 Maret 1915