JAKARTA, (Wartamuslimin.com) — Bagi kaum Muslimin, Ramadhan menjadi kesempatan yang dinanti-nanti untuk melaksanakan i’tikaf. Ibadah itu mengharuskan seorang Muslim untuk berdiam diri di dalam masjid selang beberapa waktu lamanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Menurut Ustaz Abdul Somad, i’tikaf sangat dianjurkan dalam bulan suci Ramadhan. Dia menilai ibadah ini dapat melatih diri untuk lebih disiplin dan rutin ke masjid.
“(I’tikaf) dapat membiasakan diri kita di masjid. Ingat, pepatah alah bisa karena biasa,” ujar Ustadz Abdul Somad dalam pesan singkat kepada Republika.co.id, Jumat (01/06).
Dai kondang yang lahir di Asahan, Sumatra Utara, itu kemudian menjelaskan tentang hakikat i’tikaf. Pada intinya, seseorang yang melakukan ibadah ini untuk sementara menjauh dari hingar-bingar duniawi. Dengan cara itu, hati orang tersebut akan lebih intens untuk mengingat jati dirinya sebagai insan yang lemah, merenungi perbuatan-perbuatannya dalam masa-masa silam, serta memohon ampunan dan rahmat dari Allah SWT.
Selanjutnya, dalam beri’tikaf seseorang disarankan untuk mengisi waktu selama di masjid dengan amalan-amalan sunah, khususnya mengaji Alquran. “Introspeksi diri. Dengan i’tikaf, kita merasakan sunyi dari keramaian. Lalu, lakukan muhasabah diri,” ujarnya.
“Biasakah untuk bermesraan dengan Alquran. (Kitab suci Alquran) itu teman sejati saat kesendirian tiba,” lanjut Ustaz Abdul Somad.
Tidak hanya berkaitan dengan ibadah individual. Menurut dai yang lulusan Universitas al-Azhar (Mesir) ini, hakikat i’tikaf juga meliputi konteks masyarakat, umat, dan bangsa. Di antara nilai-nilai yang diperoleh dari ibadah ini adalah kecenderungan untuk bersatu di dalam perdamaian.
Bagi seorang pemimpin, misalnya, makna i’tikaf ialah mengajak seluruh rakyat untuk menjauhi pertengkaran, fitnah, serta pelbagai hal lain yang sia-sia. Bagi seorang dai, makna ibadah ini untuk menjalin kebersamaan dan meneguhkan jiwa tauhid.
Tujuannya semata-mata agar negeri yang kaum Muslimin huni diridhai Allah SWT. “Menjalin ukhuwwah, merekatkan silaturahim, (seperti ketika) di rumah Allah. I’tikaf menyatukan umat dalam bingkai La ilaha illa Allah, Muhammad rasulullah,” tutup lulusan Institut Dar al-Hadits al-Hasaniyyah (Maroko) itu.